Jumat, 18 Februari 2011

Sepercik Perasaan part 1

Ketika malam bangun dari tidurnya dan bulan menampakkan keindahannya, aku berdecak kagum.
Sekelebat pikiranku tampak hitam, suram dan muram.
Terlalu banyak kesedihan yang aku pikirkan, terlalu aku mengkasihani diri dan frustasi karena ini.
Entah karena terlalu mendramatisir keadaan atau memang aku ini  menyedihkan.
Ingin menyalahkan tapi siapa yang harus disalahkan? kalaupun ada, itulah tandanya orang yang tidak bersyukur.
Menangis hanya membuatku semakin jatuh dalam keterpurukan, tapi untuk tersenyum rasanya syaraf mulutku telah mati rasa.
Bayangan-bayangan masa lalu yang menyenangkan tanpa beban seperti ini, begitu aku rindukan.
Aku kerap mensyukuri pilihan yang telah aku jalani namun menyesali mengapa harus aku memilih itu.
Memang tidak ada paksaan dalam prosesnya, aku yang memaksakan untuk menerima itu, tapi aku kembali menyesali itu.
Menangis bukan sesuatu yang dapat menghibur, bahkan hanya memperburuk kegalauan, tapi adalah obat penenang untuk seseorang yang sekarat seperti aku.
Dalam keadaan tertentu aku membutuhkan seseorang selain jasad nyawaku, tapi aku selalu menganggap mereka tidak pandai menjadi apa yang aku butuhkan.
Terlalu banyak penyangkalan dalam perasaan ini.
Itulah sebabnya aku terperangkap dalam kegalauan yang dahsyat.
Menangis tidak akan menyelesaikan semua ini, tapi adalah hal yang sangat aku butuhkan detik ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar